Keberadaan bank sampah di Kabupaten Pacita mulai aktif dalam berproduksi. Data dari kantor lingkungan hidup (KLH) Pacitan, saat ini ada 15 bank sampah di Pacitan yang tersebar di sejumlah desa dan untuk pusat bank sampah ada di Arjowinangun.
Menurut Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Pacitan, T. Andi Faliandra, Senin kemarin mengatakan bahwa dari 15 bank sampah tersebut dianggap efektif untuk memanfaatkan sampah.
“Sampah kalau dikelola dengan baik sebenarnya bisa menghasilkan uang. Dari 15 bank sampah yang ada di Pacitan, satu bank sampah telah menghasilkan uang Rp1 juta hingga Rp2 juta per bulan,” katanya.
Andi mengatakan fokus pada tahun ini adalah terkait manajemen pengelolaan sampah. Sehingga kebijakan pemerintah daerah dalam hal pengelolaan sampah sangat diperhatikan. Saat ini, katanya, salah satu kebijakan Pemkab Pacitan yaitu membangun bank sampah di setiap desa.
“Hal itu supaya sampah yang ada di setiap desa bisa terkelola dengan baik dan bisa menjadi potensi ekonomi bagi masyarakat setempat,”tandasnya.
Dia menuturkan bank sampah juga berfungsi untuk mengurangi sampah yang akan masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA). Sebelum sampah masuk ke TPA, biasanya dipilah terlebih dahulu di bank sampah, kemudian residu itu baru dipilah masyarakat dan sub unit, kemudian dipilah lagi di unit, baru masuk ke TPA.
Sementara, untuk pemberdayaan masyarakat perusahaan akan memberikan pendampingan dan pelatihan. “Kita akan jadikan bank sampah ini pilot project dan semoga bank sampah benar-benar menjadi berkah,” ujarnya.
Hingga saat ini, konsep bank sampah yang digagas KLH Pacitan kini berkembang pesat. Dari hanya satu induk bank sampah pada awalnya, kini telah berdiri 15 unit bank sampah. Semua bank sampah tersebut tersebar di beberapa wilayah kecamatan, Mulai dari Donorojo, Punung, Pringkuku, Pacitan kota, Tulakan dan Ngadirojo.
Sebanyak 15 bank sampah tersebut kini memulai era baru dengan menggandeng kemitraan dengan pihak ketiga.Yakni, PT Xaviera Global Synergi.
Andi mengatakan bahwa pengelolaan sampah di Pacitan dilakukan dengan berbasis masyarakat. Bermula dari pemilahan di rumah tanggga, limbah sampah akan dijadikan barang bernilai ekonomi.
Selanjutnya sampah yang tidak dapat diolah akan berakhir di tempat pembuangan akhir sampah (TPA). “Target kami bank sampah nanti akan ada di setiap wilayah, minimal satu desa satu bank sampah,” tandasnya.
Saat ini bank sampah tersebut belum beroperasi secara maksimal. Tetapi, bank sampah terbukti efektif untuk mengurangi sampah yang masuk ke dalam TPA.
Sementara, bupati Pacitan, Indartato, mengatakan pengelolaan sampah merupakan kriteria baru dalam penilaian Adipura.
Menurut dia, penilaian ini dirasa cukup berat dan menantang karena Pemkab harus kreatif dalam mengelola sampah. “Kalau dulu kriterianya kan yang penting kota terlihat bersih, tetapi sekarang tidak, sampah itu harus dimanfaatkan supaya meningkatkan perekonomian masyarakat,”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar